Sunday, December 13, 2009

Marah Bisa Menurunkan Kekebalan Tubuh


Marah, terjadi akibat situasi eksternal maupun internal yang berlangsung tak sesuai harapan.Kita bisa marah karena orang, misalnya teman sekerja yang tak pernah tepat waktu. Bisa juga karena jalanan macet. Bisa juga marah karena masalah kita sendiri, baik yang sudah berlalu, yang sedang dialami, atau yg diprediksi akan terjadi.


Secara alamiah, saat marah seseorang akan mengungkapkannya secara agresif hingga keadaan sekitar menjadi tidak nyaman. Seakan semua orang lain dapat merasakan uap yang menyembur dari tubuh orang itu. Begitu kuatnya hawa marah itu, sehingga tak hanya orang yang dapat merasakannya, hewan pun mencoba menghindarinya saat itu. Mungkin itulah kenapa orang yang lagi marah-marah gak digigitin nyamuk (lho?).



Perubahan Biologis dan Psikologis
Marah itu memang sesuatu normal, ya karena keadaan yang tidak diharapkan memang tidak menyenangkan untuk dihadapi. Tapi walaupun normal, marah, mulai dari intensitas yang ringan sampai berat, menurut psikolog yang juga pakar di bidang marah dari Departemen Psikologi University of South Florida, Charles Spielberger, PhD, biasanya akan disertai dengan perubahan psikologis dan biologis. Saat marah, ritme jantung dan tekanan darah akan menaik. Maka, tidak heran bila para peneliti seperti Dr. Redford William dari Duke University dan Dr. Robert Sapolsky dari Stanford University menemukan bahwa amarah, ngamuk, dan kebencian (termasuk iri, dengki, dendam, dst) secara khusus merusak sistem kardiovaskular.


Selain sistem kardiovaskular, perubahan yang sama juga terjadi pada hormon tubuh. Adrenalin dan noradrenalin meningkat. Hormon lain seperti corticosteroids dan cathecolamine akan terproduksi lebih banyak. Akibatnya, sistem kekebalan ditekan dan metabolisme tubuh akan kacau. Prof. Dr. Aboe Amar Joesoef, dr.,Sp.S, dari bagian Neurologi FK Unair-Rsu Dr. Soetomo, Surabaya menyebutkan, dalam berbagai penelitian menunjukkan ada kaitan antara emosi negatif dengan peningkatan kadar sitokin proinflamatorik dan peningkatan rasa nyeri. Sementara emosi positif berkaitan dengan penurunan sitokin proinflamatorik dan rasa nyeri. Sitokin inflamatorik merupakan hormon yang berperan menjaga keseimbangan tubuh bila terjadi kekacauan. Munculnya hormon ini biasanya akan menimbulkan gejala yang dikenal dengan “sickness behaviour”. Situasi "sickness behaviour" ditandai dengan sekumpulan gejala seperti; badan menjadi panas, rasa lemah, malaise (malesss banget), gelisah, sulit konsentrasi, depresi, hilangnya nafsu makan dan masih banyak lagi.


Dalam Pengobatan Tradisional Cina (Tradisional Chinese Medicine-TCM), kemarahan diartikan sebagai rasa terganggu yang menyebabkan aliran Qi (energi) terbalik dan berjalan ke arah atas tubuh. “Keadaan ini bisa merusak Qi di hati,” jelas Dr. William Adi Teja, spesialis penyakit dalam lulusan Beijing University. Maka untuk mengatasinya, perlu ada emosi lain yang menyeimbangkannya, yakni dukacita. Kesedihan akan membuyarkan rasa marah.


Perlu Sabar dan Toleran
Mengungkapkan kemarahan sebenarnya gak perlu dengan terus terang dan agresif, sebaliknya juga jangan menekan rasa marah atau menyembunyikannya. Yang paling baik adalah mengungkapkan kemarahan itu dengan tenang, dan tidak dengan cara agresif. “Ini adalah cara yang paling menyehatkan bagi setiap orang,” jelas Charles. Namun, untuk bisa demikian, Anda mesti belajar. Tokoh Spiritual dari Tibet, Dalai Lama dalam sebuah wawancara dengan seorang psikiater anggota American Board of Psychiatry and Neurology, Howard C. Cutler, M.D, mengatakan “Kita tidak dapat mengatasi amarah dan kebencian hanya dengan menekan emosi-emosi ini. Kita perlu aktif menumbuhkan antidot-antidot untuk melawan kebencian dengan bersikap sabar dan toleran,” Dalam kehidupan sehari-hari, toleransi dan sabar mempunyai manfaat besar. Pengembangan ketrampilan ini memungkinkan kita melestarikan dan mempertahankan kesadaran kita. Hasil akhirnya adalah kesediaan memaafkan. “Bila Anda betul-betul sabar dan toleran, maaf akan datang dengan sendirinya,” jelas Dalai Lama. Jadi, memaafkan adalah cara menghapus kemarahan dengan sangat sehat.


Cek-cek, Jangan-jangan butuh pertolongan darurat mengatasi kemarahan??

Lepas kendali, naik pitam, mengeluarkan kata-kata kasar adalah tanda-tanda orang sedang marah. Marah memang normal, bahkan kadang-kadang menyehatkan dan juga dibutuhkan. Tapi, marah juga bisa merusak diri sendiri dan lingkungan.
Coba cek seberapa mudah Anda marah dengan kuis kecil ini dari Larry Axmaker, EdD, PhD :
- Apakah orang mengatakan pada Anda bahwa Anda butuh menenangkan diri? - Apakah Anda selalu tegang?
- Sulit untuk mengatakan pada orang lain apa yang sebenarnya ada dalam pikiran Anda - Apakah Anda menggunakan alcohol atau obat untuk menenangkan diri?
- Apakah Anda mempunyai kesulitan tidur?
- Apakah Anda merasa bahwa orang lain tidak mendengarkan Anda atau mengerti Anda.
- Apakah orang yang Anda cintai atau dekat dengan Anda mengatakan bahwa Anda menyakitinya?
- Apakah Anda sering merasa menyerang seseorang entah secara verbal atau fisik Jika jawaban “ya” lebih dari dua, Anda mungkin butuh pertolongan dalam mengatasi kemarahan Anda.
Menurut saya, pertolongan kemarahan itu cukup datang dari satu-dua orang sahabat. Cukup dengan curhat, ato ditambah sedikit nasihat kemarahan bisa hilang. Tapi curhatnya juga harus pada seseorang yg bisa dipercaya, gak ember dan paling gak mau mendengar (sukur-sukur bisa ngasi solusi). Harus dihindari: menampakkan diri di hadapan orang yang membuat kita marah, karena apa? alih-alih menyelesaikan masalah, justru bisa memperuwet masalah. Yang ada kita malah jadi naik pitam. Bicarakan langsung masalah yang menimbulkan kemarahan pada orang yang bersangkutan, pada saat kemarahan sudah reda, hati udah dingin, pikiran udah adem... Dengan begitu, pikiran jernih, hati bersih, masalah pun bisa ketemu solusi...
Perlu dihindar lagi: bergunjing, kalo ada apa2, kita harus bersikap dewasa. Utarakan kritikan atau masukan dengan cara bijaksana dan dewasa. Bergunjing tidak akan menyelesaikan masalah, alih-alih ketemu penyelesaian, bisa jadi malah memicu masalah baru.

Monday, November 30, 2009

Perasaan Bahagia Baik untuk Kesehatan


(Erabaru.or.id) NEW YORK – Penelitian baru menyimpulkan hati yang bahagia juga merupakan kesehatan yang penting bagi seseorang.

Sebuah studi yang dilakukan pada hampir 3.000 orang dewasa yang sehat di Inggris, yang dipimpin oleh Dr. Andrew Steptoe dari University College London, menemukan bahwa mereka yang mengaku sedikit murung/sedih mempunyai tingkat cortisol (hormon penyebab stres) yang lebih rendah, ketika hormon itu dinaikkan secara berkesinambungan, dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi, kegemukan pada bagian perut, mengurangi fungsi kekebalan, juga masalah-masalah lainnya.

Dalam studi yang dipublikasikan American Journal of Epidemiology, wanita yang dilaporkan memiliki lebih banyak emosi positifnya, mempunyai tingkat dua protein darah lebih rendah, yang mengindikasikan menyebarnya peradangan pada tubuh. Peradangan kronis dipercaya menyebabkan sejumlah penyakit selama periode tertentu, termasuk penyakit jantung dan kanker.

Para peneliti telah lama mencatat bahwa orang yang lebih merasa bahagia cenderung lebih sehat dari pada mereka yang terus menerus merasa stres, perasaan bermusuhan, atau pesimis. Tetapi penyebabnya masih sedang dipelajari.

Satu kemungkinan adalah bahwa seseorang yang perasaannya lebih bahagia membangkitkan gaya hidup yang lebih sehat, tetapi tidak semua studi menemukan ini sebagai alasannya, jelas Steptoe.

“Karena itu kita terus melakukan penelitian lebih pada hubungan biologis langsung diantara kondisi yang positif dan kesehatan,”kata Sreptoe pada Reuters Health.

Penemuan-penemuan saat ini, menurut Steptoe, menambah bukti bahwa kebahagiaan dan emosi positif lainnya adalah “berkaitan dengan respons biologis yaitu perlindungan kesehatan.”

Studi itu mencakup 2.873 pria dan wanita sehat berusia antara 50-70 tahun. Setelah melewati satu hari, para relawan diambil contoh air ludahnya sebanyak 6 sampel sehingga para peneliti dapat mengukur tingkal cortisol-nya; setelah masing-masing sampel diambil, relawan dicatat suasana hatinya saat itu yang merupakan kelanjutan terhadap apa yang mereka rasakan “bahagia, menyenangkan, atau pun kadar kebahagiaannya.”

Pada hari yang terpisah, para peneliti mengukur tingkat C-reaktif protein (CRP) and interleukin 6 (IL-6) dari para relawan, yang merupakan penanda peradangan dalam tubuh mereka.

Mereka menemukan bahwa pria dan wanita yang suasana hatinya lebih bahagia dilaporkan mempunyai tingkat cortisol dibawah rata-rata pada hari penelitian itu – bahkan ketika faktor-faktor lain seperti usia, berat badan, merokok, dan penghasilan turut diperhitungkan.

Di antara wanita, tetapi tidak terjadi pada pria, emosi positif juga berhubungan dengan tingkat yang rendah dari CRP and IL-6. Menurut para peneliti, tidak dapat dijelaskan alasan yang berkenaan dengan perbedaan jenis kelamin.

Steptoe mengatakan penemuan cortisol mempertegas hasil penemuan sebelumnya, pada lingkup studi yang lebih kecil; walaupun demikian hasil penelitian pada CRP dan IL-6, adalah baru.

“Penemuan ini menyimpulkan proses biologis lainnya yang mengkaitkan kebahagiaan dengan berku-rangnya kerentanan biologis,”katanya.

Tetapi apabila memang orang yang lebih bahagia adalah orang yang lebih se-hat, maka pertanyaan sulit yang tertinggal adalah: Bagaimana anda dapat menjadi bahagia?

“Apa yang kita ketahui,”catat Steptoe,”Adalah kondisi kejiwaan seseorang bukanlah sekedar sesuatu yang turun temurun, tetapi tergantung pada hubungan sosial kita dan pemenuhan makna hidup.”

“Kita perlu membantu orang untuk mengenali hal-hal tersebut, sesuatu yang membuat mereka merasa nyaman dan benar-benar memuaskan kehidupan mereka, sehingga mereka memanfaatkan lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal tersebut.” (rtr/The Epoch Times/tnm)

Saturday, November 28, 2009

Prinsip Pengaturan Berat Badan


Mengatur berat badan memang sulit namun melakukannya bukanlah suatu kemustahilan. Artikel ini akan memaparkan informasi mengenai pengaturan berat badan khususnya bagi yang ingin menurunkan berat badan dan mempertahankan pada batas normal. Sebelumnya perlu disadari semua usaha dan pengetahuan akan dapat diwujudkan melalui motivasi dan komitmen. Perubahan akan terlihat jika diikuti perubahan gaya hidup tidak sehat menjadi gaya hidup sehat. Dan pemahaman pentingnya penerapan gaya hidup sehat juga harus ditanamkan seiring melakukan program pengaturan berat badan.

Sebelum masuk ke dalam pemaparan pengaturan berat badan perlu kita pahami prinsip dasar keseimbangan metabolisme energi tubuh. Keseimbangan tubuh terjadi bila energi masuk (INPUT) sama dengan energi keluar (OUTPUT). Ketidakseimbangan metabolisme energi akan menghasilkan penumpukan (accumulation) atau kehilangan (loss) cadangan energi ini disimpan di bawah kulit berupa lemak (adiposity cells). Loss terjadi jika input lebih kecil dibandingkan output sehingga energi yang dibutuhkan tidak tercukupi dan perlu disuplai dari cadangan lemak (kehilangan) sedangkan accumulation terjadi jika input besar dibandingkan output sehingga energi yang dihasilkan berlebih dan ditumpuk menjadi sel-sel lemak. Input energi berupa intake zat gizi terutama karbohidrat, protein, dan lemak. Karbohidrat merupakan sumber energi yang paling cepat diubah menjadi energi sehingga kebutuhan energi untuk aktivitas biasanya diawali dengan metabolisme karbohidrat. Output energi berupa pengeluaran energi melalui aktivitas sehari-hari dapat berupa aktivitas ringan, sedang, dan berat.

Pengaturan berat badan berhubungan dengan intake zat gizi dan aktivitas. Pengaturan intake zat gizi dilakukan dengan pola makan (diet) seimbang sedangkan aktivitas diwujudkan dengan pengaturan aktivitas fisik (olahraga) dan pengalokasian waktu istirahat (tidur). Program pengaturan berat badan yang meliputi 3 komponen yaitu olahraga rutin, gizi seimbang, dan istirahat cukup yang dilakukan secara teratur sehingga menjadi kebiasaan pola hidup sehat sehari-hari.

1. Olahraga Rutin
Olahraga bertujuan melatih otot guna mencegah penumpukan kelebihan energi menjadi lemak tubuh. Otot yang dilatih terdiri dari otot rangka dan otot jantung. Otot rangka adalah otot yang menempel pada rangka sedangkan otot jantung merupakan otot yang berada pada sistem pembuluh darah yang berfungsi memompa darah ke jantung dan seluruh tubuh. Kedua otot ini perlu dilatih guna memperkuat dan memperlancar metabolisme tubuh dalam pengalokasian energi. Olahraga dapat berupa latihan pengencangan otot (otot rangka) dan latihan kardiovaskular (otot jantung). Jenis olahraga untuk pengencangan otot yang baik dilakukan dengan memberikan beban secara berulang kali dan sistematis sehingga terjadi pengencangan yang stabil. Olahraga ini biasanya menggunakan beban dengan alat bantu seperti dumbbell atau pun mesin. Sementara itu, olahraga melatih kardiovaskular merupakan latihan penyelarasan pernafasan paru-paru dengan pemompaan darah pada jantung disebut olahraga aerobik. Olahraga aerobik dibagi menjadi High impact dan Low impact. High impact merupakan aktivitas aerobik dengan intensitas dan impact pada persendian yang tinggi misalnya aerobik freestyle, lari cepat, berenang, bersepeda, dan lainnya sedangkan Low impact berupa aktivitas aerobik dengan intensitas dan impact pada persendian yang lebih ringan misalnya yoga, senam tai-chi, stretching, pilates, dan sebagainya. Olahraga yang disarankan untuk mengurangi berat badan adalah olahraga teratur kombinasi antara high-impact ke low-impact dilakukan pada pagi hari sebelum sarapan atau sore hari. WHO menganjurkan minimal melakukan olahraga secara teratur minimal 5 hari dalam satu minggu selama 60 menit.

2. Gizi Seimbang
Seperti diketahui di atas bahwa intake zat gizi mengambil peranan penting dalam keseimbangan metabolisme energi sehingga diperlukan pengaturan pola makan (diet) yang seimbang. Selama program pengaturan berat badan yang perlu diperhatikan dalam diet adalah sumber, cara penyajian, jumlah, dan jadwal (timing). Sumber adalah jenis makanan yang tepat dan baik untuk dikonsumsi, kriteria sumber makanan yang baikdalam program pengaturan berat badan adalah kandungan protein, serat, vitamin dan mineral yang tinggi namun kandungan lemak dan gula yang rendah. Cara penyajian adalah proses pengolahan makanan, yang paling disarankan dalam program adalah penyajian makanan dengan cara direbus, dipanggang, dan dikukus. Semakin kecil terjadinya penambahan kalori (minyak goring) pada saat pengolahan, semakin baik pola keseimbangan zat gizi. Jumlah mengacu pada besaran porsi yang dikonsumsi dari sumber makanan. Jadwal/timing mengacu pada seberapa sering dan kapan waktu untuk mengonsumsi makanan. Yang paling utama adalah bagaimana mengatur dan mematuhi jadwal makan dengan tepat waktu.

3. Istirahat (Tidur) Cukup
Istirahat yang cukup diperlukan untuk proses metabolisme energi. Tidur yang teratur dan cukup berhubungan juga dengan sistem hormonal tubuh. Kurang tidur dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormone khususnya hormone leptin dan melatonin yang dihasilkan pada saat tidur di malam hari. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang tidur kurang dari 5 jam per hari memiliki peningkatan resiko 15% akan mengalami obesitas. Perubahan yang terjadi jika kekurangan tidur akan mempengaruhi perubahan metabolisme tubuh dan hormonal yang terjadi. Dalam keadaan normal, hormon leptin, hormon yang mengatur regulasi lemak tubuh dan rasa lapar dapat bekerja dengan baik. Semakin banyak hormon leptin yang dihasilkan, semakin banyak jumlah pembakaran lemak yang terjadi dan rasa lapar akan menurun karena hambatan langsung di pusat lapar, hipotalamus. Pada saat tidur, terdapat kadar hormon melatonin yang tinggi. Hormon melatonin meningkatkan kadar hormon leptin meningkat. Hal ini membuat lebih banyak hormon leptin yang dihasilkan pada saat tidur. Agar waktu istirahat dapat teratur maka perlu diperhatikan jenis, kualitas, dan kuantitas waktu istirahat. Dalam program dianjurkan cukup tidur malam dan mengurangi tidur siang dan tingkatkan kualitas tidur dengan mengurangi stress (berpikir positif).

Big is Beautiful, No more??


Bertubuh langsing bukanlah segala-galanya namun kegemukan juga bukan suatu kelaziman. Cantik memang relatif namun menjadi sehat adalah mutlak. Mengapa mutlak? Mutlak berarti tidak bisa ditawar-tawar. Seseorang yang normal pasti lebih memilih sehat dibandingkan sakit. Lantas apa hubungannya dengan “Big is Beautiful”? Tidak bermaksud mendiskriminasikan bentuk tubuh atau memojokan seseorang secara fisik namun artikel ini memberikan informasi mengenai bahaya kegemukan bagi kesehatan.

Kegemukan pada dasarnya merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan gizi antara zat gizi yang disimpan dalam bentuk lemak tubuh dengan zat gizi yang digunakan untuk menghasilkan energi dan metabolisme tubuh. Selain konsumsi zat gizi, kegemukan juga berkaitan dengan pengeluaran energi tubuh yang dapat dipengaruhi oleh kondisi genetik seseorang, jenis kelamin, umur, obat-obatan, iklim, tempat tinggal, dan stres. Kegemukan secara khusus digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu overweight dan obesitas. Kelebihan berat (overweight) dan obesitas (obesity) berbeda makna. Kelebihan berat merupakan keadaan di mana berat seseorang melebihi standar tinggi badannya, sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak tubuh. Orang yang gemuk (obese) sudah pasti kelebihan berat, tetapi orang yang kelebihan berat belum tentu termasuk gemuk.

Lantas apakah hubungannya antara kegemukan dan penyakit? Review yang dilakukan peneliti-peneliti Inggris Swinburn et, al mengatakan bahwa kejadian kegemukan berhubungan dengan peningkatan risiko diabetes tipe-2, tekanan darah dan risiko hipertensi, kadar kolesterol-total dan kolesterol-LDL, risiko penyakit jantung koroner dan stroke, risiko penyakit kantung empedu dan insiden gejala klinis batu empedu, risiko kanker tertentu, dan risiko gout. Penyakit –penyakit tersebut juga berakibat pada life expectancy yakni, umur dan harapan hidup lebih pendek. Bahkan, sebuah statistik asuransi di Amerika Serikat mencatat, cuma 60 persen orang obesitas bisa mencapai umur 60, bisa 90 persen jika kurus. Yang mencapai umur 70 sekitar 30 persen, 50 persen kalau bisa tetap kurus. Cuma 10 persen orang kegemukan yang masih hidup sampai umur 80, sedang peluang orang kurus bisa 30 persen.

Penyebab kegemukan sekarang ini bukan hanya karena keturunan (genetik) namun faktor lingkunganlah yang mengambil andil besar terhadap kejadian kegemukan seseorang. Pergeseran gaya hidup sehat menjadi gaya hidup tidak sehat seperti minim aktivitas fisik, tinggi konsumsi fast food (kalori tinggi), kurang konsumsi buah-sayur, serta stress dapat memacu kejadian kegemukan pada seseorang. Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas 2007, Depkes RI) melaporkan, sekitar 10.3% orang dewasa usia 15 tahun ke atas mengalami kegemukan. Hasil penelitian di 3 provinsi dengan kejadian kegemukan tertinggi di Indonesia yaitu Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo berdasarkan Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa perempuan berusia 40 tahun ke atas dan tinggal di perkotaan serta kurang beraktivitas fisik lebih berisiko mengalami kegemukan. Permasalahan kegemukan tidak lagi terjadi di Negara-negara maju namun juga di Negara-negara berkembang seperti Indonesia kegemukan menjadi masalah yang menjadi perhatian utama. Dengan begitu perlu kita sadari bahwa kegemukan perlu kita waspadai. Jadi Big is Beautiful? No More!

27 November 2009

Sumber:

Atmarita. 2005. Nutrition Problems In Indonesia. The Article for an Integrated International Seminar and Workshop on Lifestyle – Related Disease. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 19-20 Maret.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.

Humayrah, W. 2009. Skripsi: Faktor Gaya Hidup dalam Hubungannya dengan Kegemukan Orang Dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

Krause, MV. 2000. Food, Nutrition, and Diet Therapy. Ed ke-3. Philadelphia and London: WB Saunders Company.

Swinburn B, Gill T & Kumanyika SK .2005. Obesity prevention: a proposed framework for translating evidence into action. Obesity Reviews 6, 23–33.

WHO. 2000. Obesity: Preventing and Managing the Global Epidemic. Genewa: WHO Technical Report Series.

Probiotik untuk Kesehatan Optimum


Pangan fungsional mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2007, pangan fungsional merupakan pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak membahayakan dan bahkan bermanfaat bagi kesehatan. Saat ini, telah banyak penelitian yang membuktikan keampuhan pangan fungsional ini terhadap kesehatan tubuh. Jenisnya pun juga beragam antara lain yang dapat digolongkan secara garis besar sebagai pangan fungsional adalah vitamin, mineral, polifenol, prebiotik, dan probiotik. Selanjutnya, berbicara mengenai pangan fungsional yang sedang tren di masyarakat saat ini tidak terlepas dengan probiotik.

Istilah probiotik pertama kali diperkenalkan oleh Elie Metchnikoff pada, tahun 1907 dalam penemuannya tentang khasiat yoghurt sebagai pencegah penuaan dan menyatakan bahwa ”Di dalam usus besar manusia terdapat mikroba-mikroba yang berasal dari makanan yang dapat memodifikasi flora dalam tubuh, yakni menggantikan mikroba-mikroba yang berbahaya dengan mikroba-mikroba yang berguna bagi tubuh”. Dengan adanya pernyataan dari Elie Metchnikoff tersebut maka dikembangkanlah penelitian-penelitian lebih lanjut. Pada tahun 1919, Carraso seorang ilmuwan Spanyol meneliti pembuatan yoghurt berskala industri dengan mengembangkan kultur mikroba tertentu dan membuktikan klaim kesehatan bahwa mikroba tersebut baik digunakan untuk anak-anak penderita diare. Kemudian FAO dan WHO pada tahun 2001 telah menyarankan dan mempromosikan probiotik dalam susu bubuk dengan mikroba asam laktat aktif (LAB-Lactic Acid Bacteria).

Kemudian peran probiotik sebagai komponen pangan fungsional selalu berkembang pesat dari tahun ke tahun dengan berbagai penelitian dan penemuan-penemuan ilmiah. Seiring dengan pemahaman masyarakat akan makanan sehat atau pangan fungsional maka probiotik pun juga semakin laris dicari konsumen dan digunakan dalam produk pangan oleh industri-industri pangan.

Menurut Antoinne MJ (2007), probiotik merupakan mikroorganisme hidup dan aktif dalam kultur dengan tambahan efek yang berguna bagi kesehatan tubuh saat dicerna dalam jumlah yang cukup. Awalnya dikembangkan dari kultur produk-produk susu. Probiotik ini aktif pada saat proses pembuatan susu menjadi susu fermentasi atau pun keju dan menghasilkan tekstur, flavor, dan rasa yang berbeda. Namun tidak semua jenis mikroorganisme dapat dikategorikan sebagai probiotik. Mikroorganisme baru dapat dikategorikan sebagai probiotik jika tetap dalam keadaan aktif dalam tubuh (saluran pencernaan) dan juga terbukti memberikan banyak keuntungan bagi kesehatan tubuh.

Di alam terdapat berbagai macam jenis mikroorganisme yang berasal dari 7 genus utama antara lain: Lactobacillus, Streptococcus, Bifidobacterium, Lactococcus, Propionibacterium, Enterococcus, dan Saccharomyces. Dari genus-genus tersebut terdapat kurang lebih 3000 jenis strain yang sudah berhasil dikulturkan. Setiap jenis dan strain berbeda memiliki fungsi spesifik yang berbeda pula bagi tubuh. Dalam saluran pencernaan pun khususnya usus kecil dan usus besar terdapat sekitar 104-1011 cfu/g yang berasal dari 400 hingga 500 jenis atau sama dengan 1,5 kg mikroorganisme yang berbeda termasuk di dalamnya probiotik alami tubuh (Antoinne MJ, 2007).

Terdapat dua jenis probiotik utama yang banyak dikulturkan yakni berasal dari genus Lactobacillus dan Bifidobacterium. Jenis Lactobacillus yang sudah berhasil dilaporkan dari berbagai penelitian misalnya L. acidhophilus, L. caseii, L. bulgaricus, L. shirota, L. plantarum, L. rhamnosus, L. lactis, L. johnsonii, L. gasseri, L. dan reuteri. Sedangkan dari Bifidobacterium misalnya B. bifidum, B. longum, B. breve, B. infantis, B. lactis, B. adolescenntis, dan B. animalis. Jenis lainnya yang bukan termasuk keduanya antara lain: Streptococcus thermophilus, Bacillus cereus, Escharichia coli, Sacharomyces boulardii, dan Enterococcus faecalis. Probiotik tersebut juga dapat tergabung antar strain jenis lain misalnya lactobacilli+bifidebacteria+S.Salivaricus (Varavithya W, 2007).

Berdasarkan banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya banyak manfaat yang dihasilkan dari probiotik. Manfaat-manfaat tersebut antara lain:

-mencegah kanker yaitu dapat menghilangkan bahan prokarsinogen dari tubuh dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh,
-dinding sel Bifidobacterium infantis mengandung bahan aktif anti tumor,
-di dalam usus manusia Bifidobacteria memproduksi berbagai vitamin yang secara mudah akan terserap ke dalam tubuh,
-kemampuannya memproduksi asam laktat dan asam asetat di usus akan menyebabkan usus menjadi asam dan akhirnya menekan pertumbuhan Clostridium perfringens penyebab radang usus. Disamping itu juga menekan bakteri patogen lainnya,
-asam-asam tersebut juga mengurangi penyerapan amonia dan amina karena bila, terserap dalam jumlah besar akan dapat meningkatkan tekanan darah, kolesterol dan kanker yang disebabkan nitrosamine,
-Streptococcus thermophilus menunjukkan aktivitas anti tumor dan menghasilkan Superoxide Dismutase yang berfungsi sbg antioksidan.

Terbukti bahwa probiotik sangat berguna dan dibutuhkan oleh tubuh. Namun terkadang keberadaan probiotik dalam saluran pencernaan manusia akan berkurang seiring bertambahnya umur dan konsumsi obat-obatan khususnya antibiotika (Varavithya W, 2007). Oleh karena itu diperlukan asupan probiotik tambahan yang sekarang banyak ditawarkan di pasar industri pangan. Sebelumnya juga perlu diperhatikan tingkat kecukupan kebutuhan tubuh terhadap konsumsi probiotik ini.

Source:

International Symposium theme “Probiotics for Optimum Health”. Bogor : IPB International Convention Centre, Botani Square. Tuesday, December 11th, 2007.

Speakers by:

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS from Indonesia,

Dr. Jean Michel Antoinne from France,

Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi, MS from Indonesia,

Prof. Wandee Varavithya from Thailand.


December 15, 2007